Sukron, Si Pemilik Nilai IP 4,00



“Saya sendiri tidak tahu, kenapa saya mendapakan nilai IP 4,00. Yang saya lakukan hanya bersabar, berdoa, ikhtiar, serta selalu mengingat, bahwa tujuan utama saya adalah mencari ilmu. Sehingga saya dapat ikhlas dalam menjalani semuanya, baik itu tugas kuliah ataupun kesadaran saya dalam belajar secara tekun.”

Kalimat di atas merupakan jawaban Mohammad Sukron, Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Nurul Jadid asal Jember, Kecamatan Sukorambi, Desa Karang Pring, peraih nilai IP 4,00 semester ganjil tahun akademik 2012-2013, ketika diwawancarai oleh Misteriu Pos.
Mohammad Sukron lahir pada tanggal 8 Januari 1994. Buah hati dari pasangan Yahya Ismail dan Muflihah, yang saat ini menjadi pengasuh pondok pesantren Miftahus Sa’adah. Dia merupakan putra kedua dari empat bersaudara.
Sukron menyelesaikan studi sekolah menengah atas (SMA)-nya di Madrasah Aliyah Negeri 1 Jember. Ketika duduk di bangku madrasah aliyah, dia aktif di berbagai organisasi, seperti, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS),  Organisasi Ma’had Miftahul Ulum dan Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU).
17 Juli 2012, Sukron melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Salah satu pondok yang memiliki ribuan santri yang dilengkapi beberapa pendidikan formal, dari Madrasah Ibtida’iyah hingga perguruan tinggi. Terbukti ada tiga kampus yang memiliki tujuan berbeda. IAI Nurul Jadid (Pendidikan), STIKES Nurul Jadid (Kesehatan), dan STT Nurul Jadid (Teknologi). Dari ketiga perguruan tinggi tersebut, Sukron lebih memilih kampus yang berlatarbelakang teknologi. Karena menurutnya, teknologi ia pandang sebagai suatu hal yang tidak bisa dielakkan lagi untuk dipelajari lebih dalam pada zaman modern ini. “Saya pilih STT NJ karena zaman yang semakin modern akan teknologi informasi,” tuturnya kepada Misterius Pos.
Untuk ketertarikannya kuliah di dalam pesantrean, ia menegaskan bahwa kampus yang berada di luar pesantren jauh berbeda dengan kampus-kampus yang berada di ruang lingkup pesantren. Menurut informasi yang di dapat Misterius Pos, selain mempelajari Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) juga mendapatkan Iman dan Taqwa (IMTAQ), kata sumber yang enggan disebut namanya. Oleh karenanya, Sukron lebih memilih melanjutkan pendidikannya di STT Nurul Jadid yang berada dalam naungan pondok pesantren, dia juga mengatakan, “Saya memilih pondok pesantren karena saya ingin membina akhlak saya serta benar-benar mencari ilmu. Kalau melanjutkan di luar saya takut hancur (akhlak: red).” Jelas Sukron ketika di tanya Misterius Pos terkait alasannya memilih pondok pesantren.
Terlihat semenjak Sukron menjadi santri sekaligus mahasiswa STT Nurul Jadid, ia telah banyak memegang peranan dalam kegiatan intra kampus maupun pesantren. Saperti yang ia kerjakan saat ini, salah satunya menjadi pengurus bagian pembinaan Alqur’an, ketua pendataan, dia juga aktif di kalangan pengurus pusat (Pesantren) sebagai panitia Haul dan Harlah PP. Nurul Jadid yang ke-64 di bidang perlombaan.
“Sukron itu anaknya lugu, berbicara seadanya, dan bertanggung jawab,” ujar Taufiq teman karibnya saat diminta pendapat tentang keseharian Sukron.

0 komentar:

BAGI YANG INGIN MENYUMBANGKAN TULISAN, BAIK BERUPA BERITA, OPINI, TUTORIAL, PUISI, CERPEN ATAUPUN YANG LAINNYA, BISA LANGSUNG DI KIRIMKAN KE E-MAIL | misteriuspos@gmail.com | ATAU BISA LANGSUNG BERGABUNG DENGAN KAMI DI GRUP FACEBOOK misterius pos