Si Kecil yang Terbuang
Ibu,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Tak lagiku temui senyummu
Tak lagi bisa ku memeluk mu
Aku menagis, aku menjerit tak kala kenyataan itu
benar- benar tiba
Salahkah aku???
Dosakah aku???
Padamu bu
Pagi
yang cerah, tak kala burung-burung berkicau dengan tariannya menjemput mentari
yang enggan keluar dari ufuk timur, aku masih tetap menghadap pada gundukan
tanah merah yang masih basah, ketika kemarin dia pergi untuk slamanya, Saat itu
pula aku tak ingin beranjak dari pusaranya, semua orang telah mengajakku
pulang, tapi tak ada satupun ajakan yang
mampu meninggikan lututku. Masih terngiang dalam, di pelupuk mataku saat dia
tersnyum menyambutku dari sekolah, namun
selalu kubalas dengan suara tinggi.
“sayang
ayo pulang,,,,”Ayah kembali menemuiku di pusaranya, aku tak bergemming.
“mau
sampai kapan kamu di sini sudah semalam suntuk kamu di sini? ”kutatap ayah,
namun air mata tak bisa berhenti begitu saja.
“ayah
kenapa??” tanyaku pada ayah.
“kenapa
aku harus tau yah, ketika semuanya terjadi, ketika aku harus kehilangan dia,” ayah
tetap tidak bergeming.
“sayang
sabarlah, dia sayang padamu nak, karna itu dia lakukan ini, ” ucap ayah.
“tapi
tidak dengan cara seperti ini yah.......” aku masih tidak terima.
“ayah
asih sangat ingat”
*****
Gemuruh petir melengking di derasnya
hujan, ketika orangtuaku tertidur pulasdi pembaringannya, tiba-tiba suara bayi bangunkan
bunda yang sedang tertidur.
“Ayah
bagun ”sesekali kedipkan mata
“ada
apa bunda??”
“ada
suara tangis bayi”
“ah
mungkin hantu ”
“bukan
yah” bunda beranjak keluar kamar dan menuju sumber suara, bayi yang masih
memerah badannya tidak mengenakan pakaian sehelaipu, lalu bunda membopong bayi
itu dan mendekapnya dengan lembut.
“Tolong jagakan anak saya, suatu
saat saya akan jenguk dam merawatnya,” secarik kertas putih yang
tergenggam erat tangan bayi itu.
Penuh
tanya ketika bunda mendekap anak itu.
“anak siapa bun??”
“anak
kita yah”Ayah terkejut mendengar perkataan bunda, lalu bunda memberikan surat
itu pada ayah.
“aku
akan menjaganya yah” ketika itu ayah dan bunda masuk kedalam rumah.
****
Mendegar cerita ayah air mataku
kembali membasahi pipiku.
“ayah
tak ada gunanya bunda merawatku, karna bunda juga pergi ,,,,,,,,,,”aku
sesengukan menaham emosi ku,saipakh aku?berhargakah aku?Ayah kembali diam, aku
beranjak pergi dari sisinya, ku tinggalkan ayah dari pusaranya, ayah berteriak
memanggilku tapi tak ku hiraukan, aku berlari sekencang ku bisa berlari
Oh
Tuhan,,,,
Aku
hanya seorang anak sampah yang kehadirannya tidak di inginkan, guman hati
kecilku, aku terus berlari hingga ku temui jalan raya, aku telusuri jalan raya
itu dan ku lihat di sekeliling banyak toko yang menjual hadiah untuk ibu, ah aku
baru ingat kalau hari ini hari ibu, air mataku kembali mengalir mengalahkan
logikaku agar tetap tegar, aku duduk di trotoar jalan.
“Ma
selamat hari ibu,,,” ucap seorang anak pada ibunya, membuatku iri melihatnya, aku
benci ibu aku tak punya ibu AKU BENCI IBU,,,,,,teriak batinku. lalu ku kembali
menelusuri trotoar jalan. Berhenti sejenak pada rindangnya pohon beringin untuk
melepas lelah.
*****
Aku melihat seoarang perempuan yang
di paksa melakukan hubungan seks oleh seorang laki laki yang berbadan tinggi
dan besar, perempuan itu menjerit melawan, tapi kekuatan perempuan itu tidak
cukup kuat melawan lelaki tersebut, perempuan itu menagis merelakan mahkotanya
terjamah, setelah puas menikmati keperawanan wanita itu ia pergi tanpa
menghiraukannya. Wanita iru managis,
sesekali menutupi tubuhnya dengan sisa baju yang robek pasca teragedi
tadi. Ingin kumendekati wanita itu namun ia melarangku...
“jangan
mendekat nak, jangan” ujar perempuan itu padaku, aku tertegun sungguh aku tidak
asing pada suara perempau ini aku tau siapa dia, dia adalah IBU.
“IBU,,,,,,,,,”
teriakku, namun wanita itu beranjak pergi.
“maaf
kan ibu nak ”ucapnya sebelum dia pergi.
“ibu,,,,
ibu,,,, ibu,,,,, ” teriakku.
****
“sabar
sayang ,,,,,,,,,,,,,,”ayah memelukku erat aku sadar aku terbagun dan aku tak
lagi di trotoar jalan tapi aku sudah berada di kamarku yang nyaman.
“Ayah,,,,,
” ucapku Ayah semakin mempererat pelukannya.
“tadi
Ayah menemukanmu di trotoar jalan, lalu Ayah bawa kamu pulang, kamu kenapa
sayang ???” ucapa ayah pandanganya lekat kepadaku seolah sangat khawatir.
“Ayah
aku mimpi bibi yah bibi di bawa seorang laki laki sangar ”
“apa
maksudmu ???” tanya ayah aku menunduk, Ayah terdiam.
“itu
hanya mimpi sayang ” ujar ayah berusaha membuatku tenang.
“tapi
itu nyata yah itu nyata bibi, bibi ibuku
yah itu nyata bibi yah,,,,,,,,,,,” ucapku, aku sudah tidak bisa menahan emosiku.
“iya
sayang iya ayah mengerti,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,”
“dan
sekarang bibi pergi yah untuk slamannya tampa memberiku peluang untuk meminta
maaf” aku kembali tersedu, Ayah menatapku iba.
“Bunda
sangat sayang padamu nak, karna itu pula, Ayah berani merawatmu ”
Aku
terdiam mendengar ucapan Ayah.
****
Bunda pergi karna kecelakaan lalu
lintas, Ayah selamat karna memang waktu itu Ayah sedang di kantor, sedangkan
diriku selamat dari kecelakaan maut itu. Saat itu umurku 3 tahun, Ayah patah
semagat untuk merawatku waktu itu, tapi bunda begitu sayang kepadaku maka
diurungkanlah niat untuk tidak merawatku. Hingga
pada suatu hari datang seorang ibu, ibu itu lebih tua 10 tahun dari Ayah, ia menawarkan
jasanya untuk merawatku, bahkan rela tidak di gaji asalkan dia di beri makan
agar bisa merawatku, lalu ayah menyetujuinya.
****
Mendengar cerita ayah aku mengerti
Ibuku adalah ibu yang bijaksana dan tak ingkar janji, ibu telah berjanji akan
kembali dan ibu tepati janjinya, kembali merawatku.
Oh
ibu, sungguh maafkan aku, aku sudah menganggapmu sebagai seoarang pembantu, aku
slalu membentakmu, mendorongmu dengan kasar, menghinamu bahkan slalu tidak puas
pada kebaikanmu.
Oh ibu, jika saja
waktu mau kembali aku pasti senang tiada menyayagimu, memelukmu lembut dan tak
kan pernah membentakmu, menggingat semua itu sama saja membuat kepalaku pecah
dan menambah rasa bersalahku.
Slalu
ku ingat hari itu, hari di mana bibi tlah sakit tak menyisakan ruang lain di
kerengkogannya, Aku memasuki kamar sempit tempat dia istirahat.
“Bi,,,,, bibi” teriakku, Aku masuk kamarnya dan
menarik selimut yang di gunakan bibi, bibi terbangun.
“kenapa neng ??” ucapnya ambil menahan batuk
yang ia derita.
“enak saja kamu tidur di sini Ayah dan aku belum
makan ayo bangun siapkan” bentakku, bibi bangun dengan susah payah dia berjalan
ke dapur dan menyiapkan sgala sesuatu yang bisa aku dan ayah nikmati, setelah
siap aku dan ayah makan
“apa apaan ini sayurnya asin banget Bibi,,, ” panggilku,
bibi mendekat “apa ini ??” tanyaku pada bibi.
“sayur sup neng,,,,,” jawabnya.
“aku tau juga kalau ini sayur sup, tapi kenapa
rasanya harus seperti ini ??” ucapku ketus.
“maaf neng mungkin saya lupa,,,,,,,,,,,,,,”
“apa, lupa, enak banget ngomongnya,,,,,,,,,,,,”
“sayang jangan keterlaluan gitu donk,” larang
Ayah, aku tidak mendengarkan perkataan, Ayah aku malah beranjak dari meja makan.
“maafkan ya bi,,,, ” ucap ayah.
“tidak apa apa tuan mugkin memang saya yang
salah” bibi merendah.
Malamnya
tak ku temui bibi di sekelilingku dan ayah, tak ada rasa curiga waktu itu, aku
masih tetap menonton acara TV kesukaanku. Ayah lewat di dekatku
“Mana bibi??” tanya Ayah.
“gak tau” ucapku cuek, Ayah tidak melanjutkan
pertayaannya dia berjalan dan masuk kamarnya, selesai menonton TV aku juga
bergegas ke kamar untuk menemui alam mimpi ku.
Pagi
saat aku bersiap berangkat sekolah bibi
masih tak terlihat, entah apa yang dia lakukan di dalam kamar sempitnya itu,
dengan jengkel aku masuk secara paksa ke dalam kamar sempit itu, tapi tak ku
temui bibi di tempat tidurnya, di meja kecil dekat ranjangnya Aku meliat kertas
putih, ku ambi kertas itu, untuk Ayah.
Maafkan
saya tuan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Tuan terimakasih tlah merawat dan
menjaga putriku
Saya tak tau jasa apa yang harus
saya balas pada tuan
Melihat putri saya tumuh sehat dan cerdas
hati saya sangat gembira,,,
Maafkan
saya tuan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Saya telah lancang melakukan ini, sebenarnya
putri tuan itu adalah
Anak kandung saya, saat malam dan
hujan deras itu saya antarkan dia ke rumah tuan.
Karna saya yakin tuan akan
menyayaginya dan tuan tlah
Menjaga anak saya dengan baik
Terimakasih tuan
Maafkan
saya tlah lancang
Aku gemetar memekang surat itu.
“AYAH,,,,,,,,,” teriakku, Ayah mendatangiku.
“ada apa sayang??” aku menyerahkan surat itu pada
ayah, ayah membacanya, aku terduduk lemas di rnjang bibi.
“apa itu benr ayah??” tanyaku, ayah diam dan
kemudian mengangguk, aku menagis
“mana ibu mana,,,,,,,,,”teriakku, aku mencari
bibi keseluruh penjuru rumah, tapi tak kutemui, Aku lupa di kamar bibi ada
kamar mandi, aku bergegas menuju kamar mandi, kupaksa membuka pintu itu dan ku
temui jasad ibu yang tlah kaku, aku berteriak dan Ayah kembali ke sisiku.
Maafkan kesalahan anakmu
Maafkan kekhilafan anakmu
Maafkan kebodohan anak mu Bu
0 komentar: