ABSENNYA LEADERSHIP ALA RASULULLAH SAW.
Oleh: Gofur*
Bukan hanya krisis air yang istiqomah setiap musim kemarau melanda Indonesia, Tetapi ada yang jauh lebih dahsyat lagi yaitu krisis pemimpin seperti Rasulullah SAW, yang visioner, kompeten dan memiliki integritas yang tinggi dalam memimpin. Kita tahu bahwa Rasulullah SAW adalah sang pembawa risalah yang rahmatan lil‘alamin, beliau adalah sang pembawa ”obor” transformasi dari kehidupan kegelapan menuju cahaya terang. Beliau mengantarkan masyarakat yang kacau balau menjadi masyarakat yang terbimbing dan terdidik. Rasulullah SAW memiliki sifat fundamental yaitu kejujuran, amanah serta memiliki keluasan ilmu dalam memimpin. Krisis inilah yang sedang melanda Indonesia saat ini.
Indonesia
adalah salah satu negara berkembang, dan sangat memerlukan perubahan baik dalam segi ekonomi, social pendidikan maupun politiknya. Sehingga pada akhirnya mengharuskan untuk berkaca ke negara yang telah maju.
Di era
globalisasi ini masyarakat Indonesia khususnya masyarakat muslim, banyak yang memiliki anggapan bahwa kepemimpinan islam, hanyalah mengurusi problematika kebijakan dalam masyarakat muslim saja. Padahal kepemimpinan islam merupakan suatu kerangka yang ideal dengan konsep multidimensi, dalam menyelesaikan problematika yang terjadi di
masyarakat secara holistik (keseluruhan).
Mayoritas
leader (secar universal) pada saat ini, hanya menginginkan sebuah kursi saja. Bicara demokrasi sana-sini, retorika berapi-api tentang mindset revolusi, namun itu hanya manis di bibir saja, realita yang ada masih banyak rakyat yang kerepotan mencari nasi demi menyambung hidup. Semua itu adalah kamuflase (kepura-puraan pemimpin) demi sebuah jabatan.
Indonesia
negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Tetapi kenapa masyarakatnya banyak yang menderita. Salah satu penyebab adalah kerena mayoritas pemimpinnya tidak jujur, semua berubah menjadi tikus got, mengambil hak rakyat, tanpa memikirkan nasib rakyat. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu negatifnya.
“Kalian bahagia, Kami
menderita. yang kaya semakinkaya, yang miskin tambah menderita,” mungkin semboyan ini sangat
pas pada kondisi pemerintahan di Indonesia saat ini. Realita yang ada, orang-orang menduduki kursi kepemerintahan mereka tambah jaya, mereka tambah sejahtera. Namun tidak untuk masyarakatnya,
mereka menderita, yang bias mereka pandang hanyalah kepentingan diri sendiri yang
terjadi di kejauhansana.
Benang kusut yang terjadi dalam pemerintahan sepertinya tidak akan pernah terselesaikan. Permasalahan satu belum selesai tumbuh permasalahan baru. Seperti problematika itu tidak aka pernah selesai jika orang-orang
yang menduduki
kursi kepemerintahan hanya mengikuti hawa nafsu negatifnya saja, memikirkan kesenangan pribadinya tanpa memikirkan nasib rakyat, tanpamemikirkan Indonesia kedepannya.
Kita
tahu yang paling menjengkelkan kehadirannya,
dia berada dimana-mana, dia suka nyolong, suka mengganggu, merusak, kadang dia muncul dengan jelas. Tetapi susah sekali ditangkap! Itulah sang pengerat ,
Tikus.
Mereka sangat bangga walaupun dipenjara.
”Dipenjara hanya sekian tahun, Tapi jika aku melakukan ini hartaku tidakakan habis 7 turunan,” salah satu statement yang dikeluarkan oleh paratikus-tikus got.
Pada tahun 2012 Indonesia menduduki peringkat ke-5 sebagai negara terkorup di dunia setelah Azerbaijan, Bangladesh, Bolivia, kamerun, kemudian Indonesia. Kapan bendera yang bertuliskan “INDENESIA NEGARA MAJU” akan berkibar…???, jika negara ini dipenuhi oleh orang-orang seperti itu.
Allah SWT berfirman dalam surat
al-ahzabayat 21 yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Allah SWT
pun juga telah member petunjuk bagi kita untuk meneladani Rasulullah, beliau adalah tauladan bagi kita. Sebenarnya berbicara pemimpin adalah berbicara tentang diri kita sendiri, manusia di ciptakan di dunia adalah sebagai khalifah di bumi.
Rosulullah juga bersabda yang artinya:
"Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya mengenai kepimpinannya.“
Kita ini adalah seorang pemimpin, Allah SWT menciptakan kita itu atas dua dimensi yaitu jiwa dan raga. Jiwa adalah pemimpin raga, Jiwa yang menjadi promoter bagi raga kita dengan member komando-komando pada raga atau jasad kita.
Terkait dengan hadits di
atas, kita sebagai kholifah akan dimintai pertanggung jawaban tentang pemimpinan kita. Apalagi pemimpin negara, itu sudah pasti. Karena pemimpin itu pemegang amanah.
Perlu di garis bawahi terkait bendera yang bertuliskan “INDONESIA NEGARA MAJU”
kita butuh sosok pemimpin yang benar-benar pemimpin, yang bisamembawa memberantas ketidak jujuran orang-orang yang berperan setiap elemen.
pemerintahan. Baik dengan aturan tertulis mau pun tidak tertulis. Dan yang bisa
mengayomi bawahannya untuk bergerak sesuai dengan visi misinya. Serta yang bias member tauladan yang baik bagi bawahan serta masyarakatnya.
0 komentar: